Sahabat Sejati

Artikel ini sebenarnya karya Kakak yang ke tiga. Karya ke duanya adalah sebuah cerita fiksi bersambung yang dia klaim sebagai sebuah tetralogi. Artikel ini aku publish duluan karena it’s too cute. I can’t stop giggle while typing his writings. Silakan simak gaya penuturan analisanya yang ‘dalem’ tapi tak mampu menyembunyikan keluguannya.

Sahabat. Sahabat adalah kata yang lazim didengar akan tetapi suatu hal yang susah didapat. Aku bahkan pernah bilang ke diriku sendiri bahwa sahabatku hanyalah imajinasiku. Tapi sekarang aku sadar, aku baru hidup selama 12 tahun, masih banyak waktu untuk mencari sahabat sejatiku.

Aku pernah berusaha bersahabat dengan beberapa orang. Esa, murid tertinggi di kelas, pendiam, enak diajak bicara dan selalu selesai makan pertama. Esa mirip sekali dengan orang bule sehingga ada cewek yang naksir dia. Akan tetapi Esa tidak suka diajak kerjasama dengan ideku jadi aku tidak bersahabat tapi aku tetap berteman dengannya.

Rufi, dia murid menyenangkan yang selalu antusias memperhatikan atau memainkan permainan atau game yang kubawa ke sekolah. Tetapi dia selalu tidak mau masuk tim yang aku pimpin. Dia selalu menganggapku seorang tukang ngatur jadi aku hanya berteman saja dengan Rufi.

Syifa, kita mempunyai minat yang hampir sama. Syifa komik dan aku film. Syifa baik dan suka bercanda tapi kadang ia berlidah tajam dan suka mencela orang, bukannya aku tidak pernah tapi bahkan komiknya Syifa isinya gambar orang yang dia benci yang dijelek-jelekin.

Aren, satu-satunya murid yang lebih pendek dariku. Aku sebenarnya naksir dia. Dia itu baik, pintar, cantik dan mempunyai kosakata yang super luas. Entah kenapa orangtuaku menyarankan agar aku menaksir orang lain saja.

Itulah orang-orang yang kucoba dijadikan sahabat. Sepertinya perjalananku masih panjang.

Cute, isn’t it?